Jumat, 17 Juni 2011

“Angieviel” : part 1


 “Wahh indah banget pemandangan di sini” kataku dalam hati.
Aku berada dalam mobil yang menuju ke suatu tempat yang aku tidak suka. Kenapa begitu? Karna aku dipaksa sama appa dan omma ku yang seenaknya menyuruhku pindah. SSEEEBBBEEELLLLLLLLLL itulah yang ada dalam pikiran dan hatiku.
Tapi yah apa boleh buat, appaku dipindah tugaskan kemari, aku ga tau dimana ini, yang aku tau tempat ini indah…haha karena baru liat sekarang.
Tapi tetep sebel karena pisah sama sahabat-sahabatku hikss..
Ya sudahlah…paling aku berhubungan lewat facebook. Aneh..napa namanya harus buku muka? Ga da nama laen apa?
Iiihh sebel deh…napa harus ke tempat ini,dan kenapa juga papa harus di pindah tugaskan.
Lebih baik aku menulis, itulah hobiku. Menulis sesuatu yang menurutku menarik.
Oh iya, lupa memperkenalkan diriku. Aku seorang gadis berumur 17 tahun yang baru saja lulus SMU. Dan terpaksa harus kuliah disini, dan lagi aku ga tau ini dimana. Hah..lupa lagi, namaku Yoona. Yang membuatku sangat sedih adalah harus pisah dengan sahabatku. Semoga mereka baik-baik saja.
Mobil ini melaju terus di jalan kecil yang berliku dan diapit pegunungan yang indah. Sudah 2x kami pindah-pindah begini, tapi ya sudah lah…resiko punya appa yang kerjanya harus pindah-pindah mulu.
Aku membuka kaca mobil, angin kencang menerpaku, dingin dan sangat segar. Aku menghirupnya dalam-dalam dan sangat nyaman. Seketika emosi jiwaku seakan lenyap. Senyum dibibirku pun perlahan mengembang.
“Tidak pernah aku senyaman ini”. Kataku dalam hati.
“Yoona”. Panggil ommaku dari arah depan.
“kita sudah sampai.” omma menoleh ke belakang kearah tempat dudukku.
“mana?” tanyaku heran karena belum adanya tanda-tanda kehidupan.
“itu” kata omma sambil menunjuk ke arah depan.
Sedangkan aku hanya tercengang melihat ke arah tempat yang di tunjuk omma. “WOW” hanya itu yang bisa aku katakan. Jalan menurun kebawah panjang banget dan dibawah sebuah kota kecil sangat asri, di kelilingi pantai, bukan pantai juga sihh..danau tapi lebih mirip pantai. Ga tau lah yang penting cantik. Trus ada tugu bertuliskan welcome to Angieviel. Tempat yang cantik.
“tapi omma…disini kota kecil, memangnya ada universitasnya?” tanyaku sedikit berteriak karena panic ga ada universitas, gimana aku mau kuliah ntar.
“tenang sayang…omma sudah siapkan semuanya.” omma memberitahuku, sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu. Aku menatap mereka curiga, biar saja lebih baik aku menikmati pemandangan yang indah ini.
Akhirnya sampai juga dan mobil ini berhenti tepat di sebuah rumah, eh..bukan rumah deh..apa ya? Ga tau deh..
Kami turun, appa dan omma, trus Sung ahjumma dan aku. Kami hanya berempat dan seorang supir tentunya, tapi dia bukan bagian dari keluarga kita. Kangin ahjussi adalah pekerja di sini, di resort ini. Haha aku juga baru tau.
Aku jalan berkeliling dan melihat-lihat tempat ini. Ohh..ternyata disini adalah sebuah hotel dan tempat ini juga merupakan pusat kota karena hotel ini lah yang di bangun oleh pemilik perusahaan tempat appaku bekerja. Mungkin juga setengah dari tempat ini sudah di beli perusahaan. Aku tidak tau terlalu banyak dan tak mau tau terlalu banyak. Aku ini orang yang cuek.
“Yoona, tempat ini bagus kan?” tanya omma padaku sambil menghirup udara segar ini.
“iya” jawabku datar.
“tapi, kita tinggal dimana? ga mungkin tinggal di hotel terus kan? Hotel ini kecil ma…ga seru” ujarku sedikit kesal. Aku berpikir, seorang gadis yang modis seperti aku masa tinggl di daerah terpencil ini?!! Tidak salah?! Tambah kesal saja.
“Ayo Yoona…kita ke rumah baru.” omma menarikku segera dan berjalan kearah…ga taulah kearah mana ini. Jalan setapak kecil dengan dihiasi bunga-bunga kecil di tepinya. Bisa dibilang tempat ini seperti taman. Setiap inci tempat ini sangat indah dan tidak ada sedikitpun sampah yang bertebaran. Bahkan tong sampah ditepi jalan juga dihias sedemikian rupa.
Jalan ini sepertinya menuju ke suatu tempat. Rumah mungil tapi sangat cantik, berwarna biru langit dengan pagar putih dan tumbuhan seperti tanaman hias serta bunga-bunga yang cantik. Wahhh seperti rumah dalam dongeng dan itu berada di ujung jalan yang membukit.
“omma…itu rumah kita ya?” tanyaku pada mama dengan tetap menatap rumah itu.
“ehmm…iya. Appamu disini jadi manager baru. Kamu lihat kesana.” Kata omma sambil menunjuk kearah pantai. “di sana itu cottage-cottage untuk para turis yang berkunjung kemari. Disini, semua appa yang akan mengaturnya. Terus disana..” omma menjelaskan lebih lanjut seraya menunjukkan sebuah tempat lagi.
“itu adalah desa, atau bisa dibilang kota kecil yang indah. Namanya Angieviel, sebenarnya tempat ini semua namanya Angieviel.” Jelas omma dengan begitu antusias.
“oohh…” aku hanya bergumam kagum dengan apa yang aku lihat.
“nah…sudah sampai.’ appaku sepertinya sangat senang.
“Yoona. Kemari..” kata appa dengan senyum manisnya. Appaku ini mempunyai senyum yang sangat menawan. Haha dan ommaku sangat terpesona dengan senyumnya ini.
Aku dan appa berjalan masuk ke rumah ini. Appa membukakan pintu, dan pintu itu bertuliskan Yoona, mungkin kamarku. Dan memang benar.
“ ini kamarmu. Appa khusus mendesignya untukmu. Putri kecilku yang manis.” Kata appa dan mencium keningku.
“wow…indah super super indah.” Aku kaget. Tapi kamar ini beneran indah.
Begitu membuka pintu dan masuk, yang aku lihat adalah sebuah meja didepan jendela besar. Dan sebuah Laptop berwarna biru.wahhh………….aku sudah menginginkan ini dari tahun lalu. Akhirnya ku dapatkan. YESSS…
Ohh iya kamar ini berwarna putih…terang dan di bagian kanan ada tempat tidur yang kelihatannya empuk banget. Sebuah lemari dan meja hias plus cerminnya. Hebatnya lagi kamar ini ada 2 jendela di 2 sisi yang berbeda. Di sebelah kiri ada 3 buah sofa kecil dan meja mini menghadap ke luar jendela.
Aduhhh aku beneran ga percaya ini akan jadi milikku. Ga tau deh..ga bisa diungkapin dengan kata-kata.
“aku mau buka jendelanya, appa…” segera aku berlari-lari kecil dan membuka jendela itu.
“WAHH……….itu desa Angieviel kan, appa?” tanyaku dengan nada riang. Desa itu seperti lukisan yang cantik. Kelihatan semuanya. Rumah-rumah yang mungil dan indah..terlihat kebun sayur dan bunga. Ladang ternak dan beberapa sapi sedang makan. Perfect!!!!!!
“Yoona..lihat ini..” kata appa sambil membuka tirai jendela yang satunya.
Sebuah pemandangan lagi. Aku bisa dengan jelas melihat pantai.
“dari sini bisa lihat orang main surfing dan anak-anak bermain.” Kata appa dengan gayanya yang sangat sok hebat, tapi beneran hebat.
Aku langsung memeluk papaku ini, “aku mau lihat kamar appa.” Aku langsung berlari kekamar yang satunya lagi. Ternyata tidak jauh beda. Hanya saja ada sebuah balkon kecil. Begitu juga kamar Sung ahjumma , tapi kamar ahjumma lebih kecil dan pemandangannya terlihat kebun bunga yang hanya terlihat sedikit dari kamarku.
Wahhh seperti di surga. “surga mungkin seperti ini yahh?” kataku dalam hati.
“Jungsoo, Rara”
Terdengar suara yang berat memanggil nama ayah dan ibuku. Serentak kami menoleh kearah suara itu. Tiba-tiba appa tertawa dengan bahagianya dan menyebutkan nama. Mungkin nama ahjussi itu.
“Shindong..hahahah” appa terlihat bahagia sekali, siapa ahjussi ini? Tanyaku dalam hati. ahjussi dengan wajah lucu, imut sehh…dan badannya yang gempal tapi terlihat lincah. Aku hanya disamping mendengarkan percakapan mereka.
“akhirnya kau pindah kesini yah..” seru ahjussi gempal itu.
“iya…”
dan mereka ngobrol bla bla bla banyak sekali.
Dan ommaku juga berbicara dengan seorang ahjumma yang cukup cantik menurutku, tapi tetap ommaku lebih cantik. Heheheh ya iya lah ommaku gitu loh…
Ahjumma ini namanya siapa tadi yah…? Oh iya, Dois ahjumma…begitu omma memanggilnya. Tiba-tiba appa memanggilku dan membuyarkan semua pikiranku tadi.
“Yoona..sini..” kata appa sambil melambaikan tangan. Aku berjalan kearah mereka dan “ ini Shindong ahjussi, teman appa waktu sekolah dulu. Waktu kau kecil dia pernah menggendongmu, kau pasti tidak ingat.” Jelas appa.
“halo Shindong ahjussi, annyeonghaseo?” sapaku sambil membungkukkan badan.
“oh..sudah sudah jangan panggil aku Shindong ahjussi, terlalu formal. Panggil saja Dongdong ahjussi.” Kata ahjussi ini sambil menepuk pundakku.
“dan ini Dois ahjumma, sebenarnya nama dia Heerin.” omma memperkenalkan ahjumma cantik ini padaku.
Mereka lanjut mengobrol dan asik sendiri, aku merasa bosan. Aku mendengar pembicaraan mereka, ternyata Dongdong ahjussi ini pemilik peternakan dan ladang sayuran yang kulihat tadi. Wah..hebat. dan dia mempunyai 2 orang anak laki-laki yang umurnya beberapa tahun diatasku. Tapi mereka tidak datang. Aku penasaran gimana rupa anaknya karna appanya mempunyai muka yang lucu dan ommanya yang cantik. Hari pun semakin sore dan Dongdong ahjussi dan Dois ahjumma juga pulang. Aku memberikan mereka julukan D couple, lucu kan?hahaha
Malam harinya setelah cukup beristirahat, kami membereskan barang-barang yang kami bawa. Aku teringat sesuatu dan langsung berlari dan berteriak..”OMMMMMAAAAAA…………….gimana dengan kuliahku???”
“Hadohh…iya ya…lupa bilang. Yoona kuliah secara online, tapi bukan berarti tidak ke kampus.” Kata omma sambil tetap membereskan barang-barangnya.
“hah??” ujarku bingung.
“di kota ada sekolah, sekolah itu komplit. Dari taman kanak-kanak sampai kuliah ada sisitu. Tapi jurusannya juga hanya ada 3, jurusan pertanian, accounting dan pariwisata. Kau pernah bilang kalau mau ambil jurusan pariwisata. Benar kan? Makanya omma rasa tidak perlu repot.” omma menjelaskan panjang lebar dan aku hanya mengangguk pelan.
“yahhh…aku bakalan kesepian di sini, tidak ada teman” gumamku dalam hati.
Malampun semakin larut, aku pun membuka laptopku untuk online. Apakah teman-teman mencariku? Apa mereka rindu padaku? Pertanyaan yang tidak penting. Setelah online beberapa menit, mataku sudah tidak sanggup lagi terbuka. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur sambil memeluk boneka pandaku.
Pagi hari, 06.30…
Sekarang aku sedang lari pagi sambil mendengarkan lagu dari Ipod biru yang kemarin malam appa kasih padaku. Katanya sih, warnanya satu set biar serasi dengan laptop baruku. Entah kenapa, aku merasa masih bermimpi dari kemarin. Mempunyai rumah baru yang luar biasa cantik, bertemu dengan sepasang suami istri yang lucu, mendapat laptop dan Ipod dalam 1 hari, dan tidur dalam kamar yang selama ini selalu kuimpikan. Huh, rasanya seperti hidup dalam negeri dongeng yang penuh kebahagiaan. Selain itu, entah kenapa appa dan omma bisa seakur itu. Padahal sebulan lalu mereka masih bertengkar karena appa menjalin hubungan dengan teman SMA-nya, Sangmi ahjumma.
“Eits, apa itu?” kulihat seseorang sedang duduk di kursi roda di tepi danau. Aku mendekatinya, a~h, ternyata dia sedang menggambar. Wui~h, gambarnya bagus sekali… “Sedang apa kamu di belakangku?”. Omo~, dia menyadarinya? Dia memutarkan kepalanya untuk melihat siapa manusia yang dari tadi ada di belakangnya. Omo~, gimana nih? Aku melambaikan tangan kikuk, “A… Annyeong?” kataku kikuk. Dia hanya mendengus dan kembali tenggelam pada buku gambarnya. Cih, dingin sekali sih… Aku memutuskan untuk meninggalkannya dan pulang ke rumahku.
Rumah…
Aku masih kepikiran cowok yang sedang menggambar tadi. Siapa dia? Apa dia tinggal di Angieviel juga? Selain itu… Ada apa dengan kakinya?
“Yoona lagi mikirin apa?” tanya omma. “Anyo, omma. Aku tidak memikirkan apa-apa…” kataku kaget kemudian meraih garpu dan pisauku. Omma hanya tersenyum menatapku. “Ini pancake-mu, Yoona…” kata omma sambil menyodorkan setumpuk pancake padaku. “Ne, gomawo, omma…” kataku. Omma memandangku lembut. “Wa… Wae, omma?” tanyaku kikuk. “Yoona, dengarkan omma…” kata omma. “Ne?” tanyaku. “Omma… Dan appa… memutuskan bercerai…” kata omma. Ha~h? Bercerai?. “Kenapa, omma?” tanyaku. “Mianhae…” kata omma sambil menunduk. “Omma! Wae?!” tanyaku sedikit membentak. “Yoona, omma… Tidak bisa tinggal bersama ayahmu lagi…” kata omma. “Omma! Wae?! Wae?! Jawab aku! Pallie!” bentakku. PLAK! Sebuah tamparan sukses mendarat di pipiku. Aku memegang pipiku shock. “Karena kamu! Tahu?! Karena kamu!” bentak omma. “A… Aku…?” tanyaku bingung. “Ne! Karena kamu! Kamu… Kamu itu anak dari wanita itu, Yoona!” kata omma. “Mwo? Wanita itu…?” tanyaku semakin bingung. “Ne! Pelacur bejat itu! Sangmi!” bentak omma. “Sa…Sangmi? Sangmi ahjumma?” kataku. Omma mengangguk. “Omma keguguran waktu melahirkan anak omma yang asli! Appa-mu memberikanmu yang dilahirkan Sangmi padaku! Puas?!” tanya omma. Aku menangis. Pipiku terasa sakit, selain itu hatiku juga terasa ditusuk. Aku berlari keluar rumah.
Aku terus, terus dan terus berlari. Sekarang aku tidak tahu harus kemana dan aku ada dimana. Kata-kata omma begitu membekas di hatiku. Bagaimana ini? Ottokhaji?

1 komentar:

  1. Cerita nya Bagus apalagi kalo yoona banyak Romace nya ma NC nya,,# Pervert ...Plak

    BalasHapus